Makalah
Pendidikan Agama Islam
Hakikat Manusia
dalam Islam
Kelompok 2
Asni
Besse Tenri Ayu
Dewi Andriani Safitri
Eka Yuselfi
Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu
Pendidikan
Universitas
Negeri Islam
2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia Menurut Islam”. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam
di Universitas Negeri Makassar.
Dalam
Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Makassar, 06 Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
A. Latar Belakang
........................................................................
B. Rumusan Masalah
..................................................................................
C. Tujuan Penulisan
..............................................................................
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................
A. Pengertian Hakikat
...........................................................
B. Pengertian Manusia
...........................................................
C. Proses Penciptaan Manusia...................................................
D.Fitrah Manusia
E. Fungsi, peran dan tujuan
hidup manusia menurut Islam
E. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan
Khalifah Allah SWT
F. Hakikat Manusia
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia
adalah salah satu ciptaan Allah yang paling sempurna. Diciptakan dari saripati
tanah yang kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah hingga akhirnyamenjadi wujud
yang sekarang ini.
Salah
satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain ialah adanya
akal dan nafsu. Dua hal inilah yang membuat manusia dapat berpikir, bertanggung
jawab, serta memilih jalan hidup, kelebihan-kelebihan ini seperti yang
dijelaskan pada QS Al-Isra 70. Selain itu ada kelebihan lain yang dimiliki oleh
manusia sehingga membuat manusia berbeda dari sesama manusia, yaitu hati.
Jika
hati manusia kotor, derajatnya tentu akan sangat rendah di mata Allah SWT.
Namun sebaliknya jika hatinya bersih dari segala perbuatan yang kotor maka
tentu derajatnya akan ditinggikan oleh Allah SWT.
Sebagai
makhluk Tuhan tentu manusia selain memiliki hak juga memiliki kewajiban.
Kewajiban yang utama adalah beribadah kepadaAllah SWT yang merupakan tugas
pokok dalam kehidupan manusia hingga apapun yang dilakukan manusia harus sesuai
dengan perintah Allah SWT.
Adapun
tanggung jawab manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini adalah sebagai
khalifatullah dan sebagai abdi/hamba Allah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hakikat ?
2. Apa pengertian manusia ?
3. Bagaimana proses penciptaan manusia ?
4. Bagaimana fitrah manusia ?
5. Apakah fungsi,
peran dan tujuan hidup manusia menurut Islam ?
6. Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai Hamba
dan Khalifah Allah SWT ?
7. bagaimana
hakikat manusia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Kita dapat mengetahui pengertian hakikat
2. Kita dapat mengetahui pengertian manusia
3. Kita dapat mengetahui proses penciptaan manusia
4. Kita dapat mengetahui fitrah manusia
5. Kita dapat mengetahui fungsi, peran dan tujuan hidup manusia menurut Islam
6. Kita dapat mengetahui tanggung jawab manusia
sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
7. Kita dapat mengetahui hakikat manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hakikat
Menurut
bahasa, hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya atau asal
segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala
sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat
syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf
orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata
diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat
jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
B. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling
sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki
manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di
muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu
pengetahuan sangat bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis
yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis
menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk berkeinginan). Menurut aliran
ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi antara komponen
biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia
terdapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia
sebagai homo mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap
introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan
subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawah sadar
yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis perilaku yang nampak saja.
Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses
pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif
menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir). Menurut aliran ini
manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada
lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif mengecam
pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak
mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami,
dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia
ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna manusia, akan tetapi memilki
substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran
disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : “innama anaa basyarun mitlukum”
(sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar selalu
dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau
lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum
(al-mu’minuum : 33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran
sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu “allamal insaana maa lam ya’
” (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya). Konsep Islam selalu
dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang
berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk
yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240
kali, seperti al-zumar : 27 “walakad dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min
kulli matsal” (sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini
setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai
makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang
manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai
basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa bantuan
orang lain dan atau makhluk lain.
Sebenarnya
manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1.
Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2.
Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani
saja.
3.
Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang
diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di
kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina
yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk
sosial dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk sosial untuk
menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup
dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai
kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia.
C. Proses penciptaan manusia
Asal usul
manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai manusia
pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi dengan
segala karakter kemanusiaannya.
Dalam logika sederhana,
dapat di pahami bahwa yang mengerti tentang penciptaan manusia adalah sang
pencipta itu sendiri, Allah merupakan sang maha pencipta. Jadi Allah yang lebih
memahami tentang proses penciptaan manusia. Dalam Al-Qur’an di jelaskan tentang
proses penciptaan manusia, antara lain dalam Q.S 23:12,13 dan 14.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا
الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ.
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً
فِي قَرَارٍ مَكِينٍ.
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ
عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا
فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ
اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ.
Artinya:
12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan
manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian
kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).
14. Kemudian
air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik.
Ayat
tersebut menjelaskan tentang asal pencipta manusia dari “sulatin minthin (sari
pati tanah)”. Kata sulatin dapat
diartikan dengan hasil akhir dari sesuatu yang di sarikan, sedangkan thin berarti tanah. Pada tahap
berikutnya sari pati tanah berproses manjadi nuthfah (air mani).
Pada ayat
14 di jelaskan tentang tahapan reproduksi manusia setelah nuthfah, perubahan
nuthfah secara berturut menjadi alaqah, mudhghah, izham dan khalqan akhar
(makhluk lain). Alaqah memiliki dua pengertian, pertama darah yang mengental
sebagai kelanjutan dari nuthfah oleh ke dua sesuatu yang menempel di dinding
rahim. Mudhghah berarti sebuah daging yang merupakan proses penciptaan manusia
sebagai kelanjutan alaqah. Izham (tulang-belulang) selanjutnya di balut dengan
lahm (daging). Pada fase ini sampai pada pencapaian kesempurnaan bentuk manusia
yang disebut dengan khalqon akhar, berarti ciptaan baru yang jauh berbeda
dengan keadaan dan bentuk sebelumnya.
Selanjutnya
Al-Qur’an juga mengatakan dalam beberapa ayatnya bahwa manusia berasal dari air
( Q.S al-furqan 25: 54).
ؕ
وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيۡرًا وَهُوَ الَّذِىۡ خَلَقَ مِنَ الۡمَآءِ بَشَرًا فَجَعَلَهٗ نَسَبًا وَّ صِهۡرًا
Artinya:
54. Dan Dia
(pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya)
keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
Dalam
ayat yang lain Allah menyebutkan bahwa air (yang menjadi asal manusia) itu
adalah air hina (mani ) yang terpancar dari (antara) tulang sulbi (pinggang)
dan tulang dada (Q.S af-tariq 86:6-7)
خُلِقَ مِنۡ مَّآءٍ دَافِقٍۙ
يَّخۡرُجُ مِنۡۢ بَيۡنِ الصُّلۡبِ وَالتَّرَآٮِٕبِؕ
Artinya:
6.Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,
7. yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan
tulang dada perempuan.
Pada ayat
lain Allah menyebutkan bahwa segala yang hidup di ciptakan Allah dari air (Q.S
Al-anbiya 21).
Menurut ajaran Islam,
manusia di banding makhluk lain, mempunyai berbagai ciri, antara lain ciri
utamanya adalah :
1.
Makhuk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang
paling sempurna. ”sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang
sebaik baiknya (Q.S At-tin 95).
2.
Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin di kembangkan )
beriman kepada Allah.
3.
Manusia di ciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.
4.
Manusia di ciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi.
5.
Di samping akal, manusia di lengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau
kehendak.
6.
Secara individual manusia bertanggug jawab atas segala perbuatannya.
7.
Berakhlak.
Di dalam Al-Qur’an juga di
kenal beberapa istilah lain yang mengungkapkan tentang asal kejadian manusia
antara lain sebagai berikut :
1.
Turaab, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebutkan dalam surat al khalfi (18)
:37.
2.
Tiin yaitu tanah lempung sebagaimana firman Allah dalam surat as sajada (32)
:7.
3.
Tiinul laazib yaitu tanah lempung yang pekat sebagaimana di sebut dalam surat
Asb-shaffaat (37) :11.
4.
Shalshalun, yaitu lempeng yang dikatakan kalfakhar (seperti tembikar).
5.
Shalshalin min hamain masnuun ( lempeng
dari lumpur yang di cetak/diberi bentuk) sebagai mana dalam surat Al-hijr (15)
:26.
6.
Sulalatun min tiin, yaitu dari sari pati lempung, sulalat berarti sesuatu yang
di sarikan dari sesuatu yang lain.
7.
Air yang di anggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan sebagaimana di
sebut dalam Q.S (251) :54.
Tentang Ruh
dan Nafas
Ruh
adalah salah satu komponen penting yang menentukan ciri kemanusiaan manusia.
Ruh merupakan getaran ilahiyah atau sinyal ketuhanan sebagai mana rahmat ,
nikmat dan hikmah yang kesemuanya sering terasa sentuhannya, tetapi sukar di
pahami hakekatnya. Sentuhan getaran ilahiyah itu menyebabkan manusia dapat
mencerna nilai-nilai belas kasih, kejujuran, kebenaran, keadilan dan
sebagainya. Istilah nafs banyak di sebutkan dalam Al-Qur’an , meski termasuk
dalam wilayah abstrak yang sukar di pahami, istilah nafs memiliki pengertian yang
sangat terkait dengan aspek fisik manusia. Gejolak nafs dapat dirasakan
menyebar keseluruhan bagian tubuh manusia karena tubuh manusia merupakan
kumpulan dari bermilyar -milyar sel hidup yang saling berhubungan.
Hubungan
antara nafas dan fisik manusia demikian erat meski sukar untuk diketahui dengan
pasti bagai mana hubungan itu berjalan , dua hal yang berbeda , mental dan
fisik, dapat menjalin interaksi sebab akibat.
Firman
Allah itu menyatakan bahwa masalah ruh adalah urusan Tuhan sendiri dan akal manusia
terlalu picik untuk memikirkan serta memahami kenyataan yang gaib mutlak itu.
Penelitian tentang ruh telah pernah dilakukan secara ilmiah, namun sampai saat
ini mereka yang penelitian itu masih belum dapat mengetahui hakikat ruh itu.
D. Fitrah manusia.
Kata
fitrah berasal dari kata “sfatara” yang artinya ciptaan, suci dan seimbang.
Kata fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan
fisik dalam konotasi nilai.
Lahirnya fitrah sebagai
nilai dasar kebaikan manusia itu dapat dirujukan pada Al-araf (7): 172.
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab:
"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)",
Fitrah
dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke
dunia. Potensi yang di miliki manusia tersebut dapat di kelompokkan kepada dua
hal, yaitu potensi fisik dan potensi rohaniah. Potensi fisik manusia telah di
jelaskan pada bagian yang lalu sedangkan potensi rohaniah adalah akal, kalbu
dan nafsu. Akal dalam pengertian bahasa Indonesia berarti pikiran/rasio.
Harun
Nasution (1986) menyebut akal dalam arti asalnya (bahasa arab yaitu menahan dan
orang akil di zaman zahilliyah yang dikenal dengan darah panasnya dapat
mengambil sikap dan tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah
yang di hadapinya).
Menurut Al-Ghazali Fitrah manusia:
1. kemampuan dasar sejak lahir yang berpusat pada
potensi dasar untuk berkembang.
2. Potensi dasar yang berkembang secara menyeluruh menggerakkan seluruh aspek secara mekanik dimana satu sama lain saling mempengaruhi menuju kearah tertentu.
3. Merupakan komponen dasar yang bersifat dinamis, dan responsif terhadap pengaruh luar yang meliputi: bakat, insting, hereditas, nafsu, karakter dan intuisi.
2. Potensi dasar yang berkembang secara menyeluruh menggerakkan seluruh aspek secara mekanik dimana satu sama lain saling mempengaruhi menuju kearah tertentu.
3. Merupakan komponen dasar yang bersifat dinamis, dan responsif terhadap pengaruh luar yang meliputi: bakat, insting, hereditas, nafsu, karakter dan intuisi.
E. Fungsi, peran dan tujuan hidup manusia menurut Islam.
1. Fungsi manusia
Fungsi
manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah. Khalifah berarti pemimpin, wakil,
pengelola dan pemelihara. Khalifah Allah berarti wakil Allah, manusia dibekali
dengan profesi untuk memahami dan menguasai hukum Allah yang terkandung dalam
ciptaan-Nya. Dengan pemahaman terhadap kebenaran tersebut manusia dapat
menyusun konsep dan melakukan rekayasa. Pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu
yang baru dalam perkembangan manusia yang dinamis.
Segala
yang dihasilkan manusia dalam konteks sebagai khalifah di landasi dengan
ketundukan dan ketaatan kepada Allah SWT.
Ketundukan dan ketaatan ini
tidak lain adalah refleksi dari fungsi penciptaan sebagai khalifah di berikan oleh
Allah dan akan di pertanggung jawabkan oleh manusia.
Kesatuan wujud manusia
antara pisik dan psikis serta didukung oleh potensi-potensi yang ada
membuktikan bahwa manusia sebagai ahsan al-taqwin dan menempatkan manusia pada
posisi:
a. Manusia sebagai hamba Allah(‘abd Allah) Musa asy’arie mengatakan bahwa esensi dari ‘abs adalah ketaatan,ketundukan dan kepatuhan yang semuanya itu hanya layak diberikan kepada Allah SWT. Sebagai hamba (‘abd), manusia tidak bisa terlepas dari kekuasaan-Nya karena manusia mempunyai fitrah (potensi) untuk beragama. Mulai dari manusia purba sampai manusia modern sekarang, mengakui bahwa diluar dirinya ada kekuasaan transendental (Allah). Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk beragama sesuai dengan fitrahnya. Pada masa purba, manusia mengasumsikannya lewat mitos yang melahirkan agama animisme dan dinamisme,meskipun dengan pemikiran dan kondisi yang sederhana.
a. Manusia sebagai hamba Allah(‘abd Allah) Musa asy’arie mengatakan bahwa esensi dari ‘abs adalah ketaatan,ketundukan dan kepatuhan yang semuanya itu hanya layak diberikan kepada Allah SWT. Sebagai hamba (‘abd), manusia tidak bisa terlepas dari kekuasaan-Nya karena manusia mempunyai fitrah (potensi) untuk beragama. Mulai dari manusia purba sampai manusia modern sekarang, mengakui bahwa diluar dirinya ada kekuasaan transendental (Allah). Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk beragama sesuai dengan fitrahnya. Pada masa purba, manusia mengasumsikannya lewat mitos yang melahirkan agama animisme dan dinamisme,meskipun dengan pemikiran dan kondisi yang sederhana.
Manusia
dahulu (purba) mengaplikasikan apa yang mereka yakini dengan berbagai bentuk
upacara ritual seperti pemujaan terhadap batu besar, gunung, matahari dan roh
nenek moyang mereka. Kesemuanya itu menjadi bukti bahwa ia adalah mahkluk yang
memiliki potensi untuk beragama. Firman Allah dalam surat ar-ruum : 30 yang
artinya ”Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui” [1168]
[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
b. Manusia sebagai khalifah Allah (khalifah Allah fi al-ardhi) Menurut Quraish Shihab istilah khalifah dalam bentuk mufrad (tunggal) yang berarti penguasa politik yang hanya digunakan untuk nabi-nabi yang dalam hal ini nabi Adam AS. Sedangkan untuk manusia pada umumnya bisa digunakan khala’if yang didalamnya mengandung arti luas yaitu bukan hanya sebagai penguasa politik tetapi juga penguasa dalam berbagai bidang kehidupan.pendapat demikian tidak ada salahnya karena dalam kata khala’if sudah mengandung makna khalifah, yang mempunyai fungsi menggantikan orang lain dan menempati tempat serta kedudukan-nya. Untuk lebih menegaskan fungsi kekhalifahan manusia dialam ini, dapat dilihat dalam QS al an ‘am:165 yang artinya “dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
b. Manusia sebagai khalifah Allah (khalifah Allah fi al-ardhi) Menurut Quraish Shihab istilah khalifah dalam bentuk mufrad (tunggal) yang berarti penguasa politik yang hanya digunakan untuk nabi-nabi yang dalam hal ini nabi Adam AS. Sedangkan untuk manusia pada umumnya bisa digunakan khala’if yang didalamnya mengandung arti luas yaitu bukan hanya sebagai penguasa politik tetapi juga penguasa dalam berbagai bidang kehidupan.pendapat demikian tidak ada salahnya karena dalam kata khala’if sudah mengandung makna khalifah, yang mempunyai fungsi menggantikan orang lain dan menempati tempat serta kedudukan-nya. Untuk lebih menegaskan fungsi kekhalifahan manusia dialam ini, dapat dilihat dalam QS al an ‘am:165 yang artinya “dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Diterangkan
juga dalam QS Fathir:39 yang artinya “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah
di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa
dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah
akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir
itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.” Dan surah Al-a’raf:69
yang artinya “Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
yang artinya “Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
Ayat-
ayat diatas menjelaskan kedudukan manusia dalam raya ini sebagai khalifah dalam
arti yang berbeda juga memberi isyarat tentang perlunya moral dan etika yang
harus ditegakan dalam melaksanakan fungsi kekhalifahannya. Quraisy Shihab mengatakan
bahwa hubungan manusia dengan alam atu hubungan dengan sesamanya, bukan
merupakan hubungan antara penakluk dengan ditaklukan,atau dengan tuan dengan hambanya.
Tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT. Karena kalaupun
mampu mengelola (menguasai) namun hal tesebut bukan dari akibat kekuatan yang
dimilikinya tetapi akibat tuhan menundukannya untuk manusia.
Selanjutnya
Ahmad hasan Firhat, membedakan kedudukan kekhalifahan manusia pada dua bentuk:
1.khalifah
kauniyah, dimensi ini mencakup wewenang manusia secara umum yang telah dianugrahkan
Allah SWT untuk mengatur dan memanfaatkan alam beserta isinya. Pemberian
wewenang Allah SWT kepada manusia dalam konteks ini meliputi makna yang
bersifat umum tanpa dibatasi oleh oleh agama apa yang mereka yakini. Artinya
label kekhalifahan yang dimaksud diberikan kepada semua manusia sebagai
penguasa alam. Bila dimensi ini dijadikan standar dalam melihat predikat
manusia sebagai khalifah Allah Fi-Al-ardh, maka akan berdampak negatif bagi
kelangsungan hidup manusia dan alam semesta.manusia dengan kekuatannya akan
mempergunakan alam semesta sebagai konsekuensi kekhalifahan tanpa kontrol dan
melakukan penyimpangan dari nilai Ilahiah, akibatnya keberadaan manusia dimuka
bumi bukan lagi sebagai pembawa kemakmuran, namun cenderung berbuat
kerusakan dan merugikan makhluk Allah lainnya. Ketiadaan kontrol inilah
yang dikhawatirkan malaikat tatkala Allah menciptakan manusia.
2. Khalifah
sysr’iyat. Dimensi ini wewenang Allah yang diberikan kepada manusia untuk
memakmurkan alam semesta. Hanya saja untuk melakukan tugas dan tanggung jawab
ini predikat khalifah secara khusus ditujukan kepada orang mukmin. Hal ini
dimaksudkan, agar dengan keimanan yang dimilikinya mampu menjadi pilar dan
kontrol dalam mengatur mekanisme alam sesuai dengan nilai-nilai ilahiah yang
telah digariskan Allah lewat ajaran-Nya. Dengan prinsip ini manusia akan
senantiasa berbuat kebaikan dan memanfaatkan alam semesta demi kemaslahatan
umat manusia, dengan persepsi terkait dengan hal-hal diatas dapat disimpulkan
manusia berpotensi menjadi pendidik dan peserta didik dengan mengadopsi ilmu
pendidikan Islam yang ideal.
2. Peran Manusia
Peran
yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh
Allah di antaranya adalah:
1.
Belajar
2.
Mengajarkan ilmu
3.
Membudayakan ilmu
Oleh
karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat manusia
dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada
diri sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.
3. Tujuan hidup manusia
Menurut
Al-Qur’an Tuhan berfirman dalam surah Adz-Dzaariyaat (51 ayat 56) :
“dan tidak aku jadikan jin
dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.” Awal ibadah ialah
tafakur dan berdiam diri, selain untuk mengingat Allah Sebenarnya bertafakur satu
jam lamanya adalah lebih baik dari pada beribadah selama satu tahun. Sebaik-baiknya
Ibadah adalah bertafakur tentang Allah dan kekuasaan- Nya. Tafakur merupakan kunci untuk membuka pintu
Ma’rifat dan mempelajari Rohani yang tersembunyi. Arti ibadah : Ketahuilah
bahwa bebas dari kesibukan lain demi tenggelamnya dalam ibadah dapat terjadi
bila memiliki waktu yang luang dan hati yang masih kosong dan ini merupakan
salah satu hal amat penting dalam ibadah, yang tanpa hal ini kehadiran hati
tidak mungkin terjadi dan ibadah yang dilakukan tanpa kehadiran hati tidak ada
nilainya.
Yang
membuat hati hadir itu ada dua. Yang pertama adalah memiliki waktu yang luang
dan hati yang masih belum disibukan oleh apapun. Sedangkan yang ke dua adalah
membuat hati memahami penting ibadah yang dimaksud waktu luang adalah kita
harus menyisihkan waktu kita khusus untuk Ibadah di mana kita harus mencurahkan
diri semata-mata untuk ibadah tanpa di ganggu pemikiran atau kesibukan lain.
Berikut ini kami mencoba menjelaskan pokok persoalan ini.
Orang
yang saleh tentu akan memperhatikan waktu waktu ibadahnya dalam keadaan apapun.
Tentu saja dia akan memperhatikan waktu-waktu shalat, yang merupakan tindakan
ibadah yang penting dan melaksanakannya, dengan sebaik-baiknya. Tidak
memikirkan pekerjaan lain selama waktu-waktu itu. Dan bila beribadah, itu
dilakukan dengan tak bersungguh-sungguh atau asal-asalan saja, karena
menganggap ibadah sebagai menghalangi apa yang dibayangkannya sebagai tugas
penting. Namun ibadah semacam itu bukan saja tidak memiliki kecemerlangan
spiritual, namun juga patut mendapat murka Allah. Orang-orang seperti itu
adalah orang-orang yang meremehkan shalat dan mengabaikannya. Aku berlindung
kepada Allah dari meremehkan Shalat dan dari tidak memberikan makna yang
sepatutnya kepada shalat.
E. Tanggung Jawab Manusia
sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
1) Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT
Makna
yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan
manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan,
kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh
karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun naran”
(jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).
2) Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT
Manusia
diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan
dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu
tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan
alam.
Khalifah
berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah
memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang
diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya.
Oleh
karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja
keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk
amal saleh.
Ada
caranya untuk mengabdi dan beribadah kepada tuhan yang benar, beribadah
kepada tuhan dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
Tahap
I. Bekerjalah untukku.
Engkau
harus mengerti bahwa pekerjaan apapun yang kau lakukan di dunia ini hal itu
telah terkait dengan tuhan (Alloh) karena Dia adalah penguasa tertinggi di
Dunia.
Al-Insaan
(76 Ayat 30 ):
“Dan
tiadalah kamu berkehendak kecuali yang di kendaki Alloh.
Sesungguhnya
Alloh adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Tahap
II. Semata-mata demi aku.
Apapun
yang kau kerjakan tidak kau lakukan untuk kebaikan untuk dirimu sendiri.
Siapakah engkau sebenarnya ? Tuhan berkata : “Akulah yang bersinar dalam
dirimu” kata Aku ini timbul dari yang Esa, dari roh itu sendiri. “Apapun
yang kau lakukan, lakukanlah bagi kepuasan-Ku, demi Aku. Kerjakanlah
semua atas nama-KU.
Bertindaklah
sebagai alat-Ku, sadarlah bahwa aemua yang kau lakukan hanyalah demi Aku.
Disini kata “Milik-Ku atau “Aku” menunjukan roh, bukan badan Jasmani.
Tahap
III. Berbaktilah Hanya Kepada-Ku
Engkau
harus mengerti petunjuk ini.Bakti adalah pernyataan taqwa. Emosi yang dinamakan
taqwa memancar dari roh. Taqwa yang sebenarnya berarti bakti, adalah sebutan
untuk roh.
Prinsip
taqwa yang memancar dari lubuk hati ini harus menjiwai setiap
perbuatan,perkataan dan pikiran.Hal ini akan terjadi bila engkau beranggapan
bahwa segala sesuatu yang kau lakukan, katakana dan pikirkan, hanya kau perbuat
untuk menyenangkan Tuhan saja. Tidur, makan dan berbagai kegiatan dalam
kehidupan
sahari-hari kau lakukan karena cinta kepada Aku dan Aku timbul dari roh.
sahari-hari kau lakukan karena cinta kepada Aku dan Aku timbul dari roh.
Al-An’aam
(6 ayat 162) Katakanlah, “Sesungguhnya Shalatku, ibadahku, hidup dan
matiku (hanyalah) untuk Allah, Tuhan semesta alam”.
Jadi seluruh
kehidupan kita ini sebenarnya hanyalah untuk Allah. Ibadah, kerja, belajar, shalat, mati dan semuanya hanyalah untuk
Allah. Dan semua itu memang milik Allah semata.
F. Hakikat manusia sebagai khalifah
Hakikat
manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas, bebas
memilih dan bertanggung jawab.
1. Makhluuq
(yang diciptakan)
a)
Berada dalam fitrah Fitrah dapat membawa
manusia ke arah kebaikan misalnya hati nurani dapat membedakan mana yang baik,
dan mana yang buruk. [QS Ar Ruum:30]
b)
Lemah Sebagai makhluk, manusia juga lemah
karena manusia juga diciptakan dengan keterbatasan akal dan fisik. [QS An
Nisaa’:48]
c)
Bodoh, Beban amanat yang
begitu besar dari Allah, diterima oleh manusia, disaat makhluk lainnya tidak
menyanggupi amanat tersebut karena beratnya amanat tersebut. [QS Al Ahzab;72]
d) Memiliki
kebutuhan Sebagai makhluk yang terbatas secara fisik dan kemampuan. Maka sangat
mungkin manusia memiliki kebutuhan atau kehendak kepada Allah. [QS Faathir:15]
2. Mukarram (yang dimuliakan)
a) Ditiupkan
ruh [QS As Sajdah:9]
b) Diberi
keistimewaan [QS Al Isra:70]
c) Ditundukkan alam untuknya. Semua alam ini
termasuk dengan isinya ini Allah peruntukkan untuk manusia. [QS Al
Jaatsiyah:12-13]
3. Mukallaf (yang mendapatkan beban)
a) Ibadah Manusia secara umum
diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagai konsekuensi dari kesempurnaan
yang diperolehnya. [QS Adz Dzaariyaat:56]b.
Khilafah Allah mengetahui siapa sebenarya manusia, sehingga Allah tetap menjadikan
manusia sebagai khalifah di bumi walaupun malaikat tidak setuju. [QS Al
Baqarah:30]
4. Mukhayyar (yang bebas mamilih)
Manusia diberi kebebasan memilih untuk beriman atau kafir pada Allah.
[QS Al kahfi :29]
5. Majziy (yang mendapat balasan)
a) Surga Manusia diminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang
dilakukannya, Allah menyediakan surga
untuk mereka yang beriman dan beramal soleh yaitu mereka yang menjalankan
perintah Allah dan menjauhi larangannya. [QS As Sajdah:19, Al Hajj:14]
b) Neraka Balasan di akhirat terhadap perbuatan manusia adalah bentuk
keadilan yang Allah berikan di akhirat. Mereka yang tidak menjalankan perintah
Allah mendapatkan hukuman yang setimpal yaitu dimasukkan ke dalam neraka. [QS
As Sajdah:20]>
Adapun Hakikat manusia, selain daripada yang di atas
adalah sebagai berikut : :
1) Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas
tingkah laku intelektual dan sosial.
3) Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif
mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4) Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang
tidak pernah selesai selama hidupnya.
5) Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha
untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih
baik untuk ditempati.
6)
Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan saya
mengenai hakikat manusia bahwa manusia itu memang lebih mulia dibandingkan
makhluk lain seperti yang orang lain katakan. Karena manusia bisa melakukan apa
saja dibandingkan makhluk lain. Manusia diberikan kelebihan yang begitu banyak
ketimbang makhluk lain. Salah satu kelebihannya, manusia selalu menyambung silaturahmi
terhadap sesama manusia, saling memaafkan, saling menghargai sesama. Tetapi
banyak juga yang menyombongkan diri karna kelebihannya tersebut, meremehkan sesama.
Padahal dimata Tuhan, derajat kita sama.
Hakikat manusia dalam Islam sebagai
hamba Allah sangat jelas, karna kita diciptakan oleh Allah dan harus pula
mengerjakan perintah serta menjauhi larangan-Nya sesuai dengan aturan-Nya. Serta
sebagai Khalifah yang menjadi generasi penerus baginda Rasulullah SAW dengan
terus belajar, mengamalkannya dan membudayakannya.
Tetapi dewasa ini, Islam terancam.
Apalagi Indonesia termasuk negara yang terancam keIslamannya akibat pengaruh
globalisasi dan westernisasi yang masuk ke negara kita. Sehingga banyak saudara
kita yang meniru gaya asing tersebut (imitasi) padahal itu tidak benar. Untuk
mencegah pengaruh ini, Kita yang sebagai khalifah perlu melakukan tarbiyah.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah,
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada
Perguruan Tinggi Umum, Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,
2001
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan
Agama Islam, Jakarta : Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004
Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang
Manusia dan Agama, Bandung : Mizan, 1990
Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei,
Pengembangan Masyarakat Islam, Jakarta : Rineka Cipta, 2004
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar :
Tim Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam.
Makassar : Tim Dosen Penididikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.
thanks :)
BalasHapusass..
BalasHapushay gan..., nama saya try. salam kenal
makasih udah sharing..
artikelnya sangat bermanfaat.. kalau ada waktu jangan lupa mampir membaca Hakikat Manusia Menurut Islam
terima kasih atas artikelnya. semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari artikel ini
BalasHapusSaya izin copas, Terimakasih.
BalasHapus